RUWAHAN APEMAN WARGA SOSROMENDURAN  DAN SARKEM

SOSROMENDURAN (YK) - Bulan suci Ramadhan sebentar lagi menghampiri kita, hal itu bisa kita lihat hampir di seluruh wilayah DIY pada umumnya dan mungkin sampai dengan kampung di tempat tinggal kita. Masyarakat secara bersamaan di berbagai tempat  dalam 1 bulan menjelang bulan Ramadhan melaksanakan upacara tradisi turun temurun yaitu Ruwahan dengan aktifitas memasak apem, ketan, kolak. Ruwahan adalah salah satu tradisi masyarakat Jawa yang masih lestari hingga kini. Tradisi Ruwahan ini biasa dilakukan menjelang bulan Ramadhan atau tepatnya pada bulan Syaban dalam kalender Hijriyah.

Dalam kesempatan ini khususnya di wilayah Kelurahan Sosromenduran Kota Yogyakarta pelaksanaan Tradisi Ruwahan dimulai dari pagi memasak apem, kolak, ketan secara bersama sama di sepanjang jalan Sosrowijayan dan pada pukul 11 siang sebagian dikumpulkan di kelurahan yang selanjutnya akan dibawa kirab budaya keliling di wilayah Sosromenduran. Kirab ini dipimpin langsung oleh Bpak Lurah Sosromenduran dibelakangnya dikawal pasukan bregodo dan disusul dibelakangnya semua warga dan yang paling menarik perhatian adalah peserta kirab ini secara antusias dan bergembira juga diikuti oleh gadis gadis yang bekerja di Sarkem menjadi pemandu lagu yang bergabung jdi satu dengan warga yang mengikuti pawai. Di tengah perjalanan rombongan kirab berhenti sejenak di depan beberapa hotel yang dilewati untuk secara simbolis menyerahkan apem, ketan, kolak kepada perwakilan pihak manajamen. Kemudian peserta kirab memasuki jalan utama malioboro sambil membagi bagikan kepada pengunjung.

Rangkaian acara Tradisi Ruwahan diakhiri dengan kenduri doa bersama dengan disajikan apem, kolak, ketan yang tadi dimasak oleh warga. Pak Kaum atau Ustadz yang memimpin doa menjelaskan mengapa dalam tradisi ruwahan ada apem, kolak dan ketan, Apem tersebut berasal dari kata Arab afum, yang berarti tindakan meminta maaf, Kolak bermakna Qolaqo atau kholiq yang mempunyai makna Sang Pencipta, kemudian Ketan sendiri mempunyai makna Khotan dalam bahasa arab yang mempunyai makna kesalahan jadi tradisi Ruwahan dimaksudkan untuk memohonkan maaf leluhur atau keluarga yang telah mendahului kita. Pak Lurah Sosromenduran dan warga bertekad untuk melestarikan budaya lokal untuk mengenalkan kepada masyarakat luas.